Kisah POHON PENGAYOMAN ( Pohon Beringin ) Wonosobo

 

POHON PENGAYOMAN ( Pohon Beringin )

            Pada zaman sekitar tahun 70 ( tujupuluhan ) sewaktu kami masih kecil ada sebatang pohon beringing yang sangat melegenda. Pohon tersebut sangatlah besar saking besar dan rindangnya sampai terkenal di desa tetangga bahkan sampai perkotaan. Terbukti dulu banyak orang kota yang mengunjungi pohon tersebut. Karena dulu pohon tersebut banyak sekali bermacam-macam burung dan hewan lainnya yang berada di lokasi pohon beringin itu. Karena disekitar pohon tersebut sangatlah subur sehingga hewan-hewanpun merasa betah di lokasi itu apa lagi buah beringin itu hampir tidak pernah habis ( selalu berbuah ).

Yang jadi rasa penasaran saya sampai sekarang adalah asal asul dari pohon beringin tersebut. Entah siapa yang menanam pohon itu pasalnya saya cari tahu kepada orang tua atau sesepuh desa  tidak ada yang tau. Tapi saya tidak putus asa tetap mencari tahu asal usul pohon beringin tersebut. Akhirnya saya mendapatkan jawaban yaitu dari seorang ( sesepuh ) desa tersebut. Dan ternyata pohon beringin tersebut yang menanam adalah buyut dari buyutnya kepala desa pertama desa itu. ( sayangnya kurang begitu jelas namanya ). Yang jadi rasa penasaran saya katanya pohon beringin tersebut untuk Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). desa ini. Selain buat pengayoman. Juga untuk menyangga tanah yang agak miring sekitar 90 derajat. Dan ternyata benar adanya dengan Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). itu. Karena pohon beringin itu bisa menampung air hujan sehingga bisa menghasilkan sumber mata air yang begitu besar dan sangatlah jernih. Karena air begitu banyak maka dibangunlah bak besar untuk menampung air itu. Dalam pembangunan bak air tersebut masyarakat gotong royong dan bahu membahu untuk melaksanakan pembangunan bak air, setelah terbangunnya bak air, masyarakat akhirnya bisa menggunakan air itu dengan puas dan gratis. Terbukti sewaktu saya kecil sering datang ke tempat itu untuk mandi dan kebutuan lainnya. Bukan hanya saya teman-teman juga tetangga yang lain juga menggunakan air itu. Hampir setiap saat sungai itu selalu ramai. Apa lagi musim puasa tiba hapir setiap malam warga berduyun duyun pergi ke sungai itu untuk kebutuan sehari-hari. Bukan hanya untuk mandi di sungai itu, bahkan banyak juga yang membawa pulang untuk kebutuan dirumah seperti minum,memasak, dan kebutuhan lainnya masyarakat mengambil air di tempat itu, masih sangatlah tradisional cara pengambilan air tersebut yaitu dengan tempat yang masih sangat sederhana seperti memakai kokok, gentong, dan yang lainnya yang terbuat dari tanah liat. Tidak seperti zaman sekarang air sudah masuk kerumah pakai pralon atau selang, sehingga tidak perlu ambil air dari sungai. Yang bikin saya selalu teringat sampai saat ini adalah apabila ada  warga atau masyarakat setempat akan mengadakan khajatan ( nduwe gawe ) bahasa setempat. Selalu membuat sesaji,dan sesaji itu diletakan di pinggir ( bak air ) dan untuk isi dari sesaji itu yaitu bermacam macam makanan yang siap santap. Seperti nasi, lodeh, lauk pauk pokoknya kumplit, bahkan pasti dikasih kelapa muda ( degan ijo ). Entah apa tujuan dari sesaji itu sampai sekarang sayapun tidak tahu. Setelah sesaji itu kumplit lalu dibawa ke sungai ( bak air ). namun bukan itu yang bikin saya selalu teringat. Sampai saat ini. Setelah sesaji itu di letakan di pinggiran bak air itu.  Terus yang membawa sesaji berjongkok dan bertengadah seperti lagi berdo’a. Setelah itu orang yang membawa sesaji berkemas untuk pulang, selang waktu kurang lebih lima belas menit baru sesaji itu boleh diambil ( kata orang tua dulu ). Setelah menunggu beberapa lama akhirnya tiba saatnya, saya dan teman-teman segera berlari dan berebut sesaji itu. Terasa gembira dan bahaginya saya karena bisa mendapatkan makanan yang jarang sekali ada. Karena waktu itu kehidupannya sangatlah meprihatinkan. Bagaimana tidak jarang sekali warga atau masyarakat yang mempunyai padi. Yang ada adalah nasi yang terbuat dari singkong yang disebut dengan leye. Oleh sebab itu saya dan teman-teman bila ada sesaji di sungai berebut. Seiring berjalanya dengan waktu desa ini semakin maju dan pembangunan pun semakin meningkat. Sehingga desa kami bisa berkembang pesat. Seiring dengan perkembangan zaman sekitar tahun 90 ( sembilan puluhan ) masuklah pengairan ( PDAM ) ke rumah rumah warga sehingga warga tidak perlu susah payah mengambil air kesungai lagi ( bak yang di bawah pohon beringin tadi ). Setelah warga atau masyarakat sudah mempunyai air di rumah terbengkelailah bak penampung air itu. Sehingga bak tersebut tidak terurus sengingga bangunan bak air itu rusak dan airpun mengalir tidak terarah. Setelah jarang warga atau masyarakat setempat datang ke sungai itu. Maka sungai itu terasa sangat menyeramkan karena pohon beringin itu sangat besar dan rindang. Ditambah cerita yang berbau mistis, maka dari itu sangatlah enggan warga atau masyarakat pergi ke tempat itu. Sehingga tempat itu makin lama makin di keramatkan ( wingit ).

Selang beberapa tahun yang punya tanah atau lokasi pohon beringin itu mempunyai menantu katanya berasal dari pondok pesantren. ( yang mempunyai tingkat keimanan yang lebih ). Sementara itu warga atau masyarakat setempat masih sedikit yang mempunyai keimanan lebih. Sehingga masyarakat sangatlah percaya kalau pohon beringin itu dikeramatkan sebagai Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). Setelah menantu orang yang punya tanah atau lokasi pohon beringin itu mendengar tentang keramatnya pohon itu, sebagai pohon keramat Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). Orang tersebut tidak bigitu percaya , pasalnya dia adalah seorang yang berasal dari pondok pesantren. Setelah terus menerus warga membicarakan tentang keramatnya pohon tersebut. Maka orang tadi mengambil keputusan untuk menebang atau merobohkan pohon itu, sebelum menebangnya tentunya akan dibicarakan terlebih dahulu kepada orang tuanya juga sesepuh desa itu. Setelah dibicarakan masalah penebangan pohon beringin itu. Terjadilah perdebatan antara pro dan kontra. Akan tetapi orang itu tetap nekat akan menebang Pohon Pengayoman. Tersebut dan ditebanglah pohon itu. Namun sebelum ia menebangnya tentunya dia berdoa dan miminta kepada Tuhan. Agar dalam penebangan itu selamat tidak ada halangan apapu. Di tebanglah Pohon Pengayoman ( pohon beringin ).  Itu,  masih terlihat jelas dibenak pikiran saya sampai saat ini. Bagai mana tidak sewaktu dalam penebangan itu membutuhkan waktu tidak cukup satu hari lantaran pohon tersebut sangatlah besar. Membutuhkan waktu dua hari untuk merobohkan pohon tersebut. Pada hari yang ke dua robohlah Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). Pada saat pohon itu roboh bergetarlah bumi, seperti ada gempa bumi yang sangat dahsat sampai goncangan itu terasa ke desa tetangga. Setelah Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). Tumbang ( roboh ) warga atau masyarakat setempat sedikit demi sedikit sudah mulai berani untuk menginjak di tempat bekas Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). Namun setelah penumbangan Pohon Pengayoman ( pohon beringin ) itu  terasa ganjil di di sebagian warga atau masyarakat. Karena semenjak robohnya Pohon Pengayoman ( pohon beringin ). tersebut desa ini selalu dilanda masalah. Ditambah desa ini dulu belum ada madrasah( TPQ ), sekolah minggu dan yang lainnya. Sehingga anak-anak belum bisa mengenal agama atau keyakinan dengan benar. Agama atau keyakinan yang di anut adalah agama yang berasal dari keturunan ( orang tua ). Apa lagi untuk pemudanya disaat itu sangatlah brutal. Sehingga kehidupannya tidak ter kontrol ( kehidupannya selalu negatif ). Yang lebih parahnya pemuda desa itu sempat adu jotos dengan desa lain. Dipicu dengan oknum yang kurang bertanggung jawab terjadilah pengerahan masa besar-besaran, hapir semua warga atau masyarakat setempat ikut pergi ke desa lain untuk main hakim sendiri. seperti, mau bakar rumah dan merobohkan rumah orang. Dengan kejadian itu pemerintah desa setempat langsung bertindak melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Dengan sigap polisi menindaklanjuti kejadian itu, dan di pidanalah sebagaian pemuda desa ini. Semenjak kejadian itu para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah desa mengambil sikap untuk membenahi desa tersebut dengan cara memperkuat iman atau kepercayaan kepada Tuhan, terbukti terbentukla madrasah (TPQ ), Sekolah minggu dan sekolah lainnya, guna untuk mempertebal atau mencetakan generasi yang mempunyai iman kepada Tuhan sehingga bisa membedakan yang baik dan yang benar. Dan akhirnya damailah desa ini sampai saat ini. Demikian Cerita singkat tentang Pohon Pengayoman ( Pohon Beringin ) ini. Semoga bisa jadi inspirasi atau pembelajaran bagi kehidupan nantinya. Amin........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang Di Blog Mbahmaman77

Mars TPA & Sholat Berjamaah ( KAROKE )

  Anda ingin mendowenload Lagu Karoke Mars TPA & Sholat Berjamaah Silahkan Klick Ling Berikut Ini πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡ Lagu Karoke Mars TPA & Shol...